Apakah yang Sedang Terjadi di Dunia ini?
Mungkin anda telah melihat planet kita ini sedang menuju kehancurannya seperti yang terjadi pada hari-hari terakhir ini. Hampir setiap minggu kita mendengar laporan terkini tentang gempa bumi, kebakaran, banjir, angin puting beliung yang membunuh ribuan atau bahkan puluhan ribu orang, atau ratusan ribu orang tewas terjebak dalam cengkeraman kematian yang dingin – untuk selamanya. Peristiwa-peristiwa tersebut sangatlah menyayat hati. “Penderitaan dunia internasional meningkat setiap saat,” keluh Tina Brown dengan lirih, Redaktur Kepala dari Majalah Newsweek. “Apakah dunia sudah semakin menakutkan?” dia bertanya-tanya. 1
Sejujurnya, kita tidak dapat memperoleh jawaban yang sesungguhnya hanya dengan menonton laporan langsung dari siaran-siaran televisi, seperti Metro TV atau TV One. Percaya atau tidak, hanya ada satu sumber yang dapat memberikan jawaban yang terlengkap, informasi yang terpercaya 100% tentang mengapa bencana alam yang sangat dahsyat terus terjadi bahkan bertambah jumlahnya setiap hari di seluruh dunia, sumber itu ialah sebuah buku yang menuliskan tentang nubuatan-nubuatan (ramalan) yang menunjuk pada generasi kita ini.
Informasi terpercaya itu terdapat dalam kitab terakhir dari Alkitab: kitab Wahyu. Perhatikan dengan seksama bagaimana penjelasan kitab Wahyu tentang – sesaat sebelum kedatangan Yesus Kristus yang kedua kalinya – malaikat-malaikat surga digambarkan sedang menahan kehancuran dunia ini: “Kemudian dari pada itu aku melihat empat malaikat berdiri pada keempat penjuru bumi dan mereka menahan keempat angin bumi, supaya jangan ada angin bertiup di darat, atau di laut atau di pohon-pohon. Dan aku melihat seorang malaikat lain muncul dari tempat matahari terbit. Ia membawa meterai Allah yang hidup; dan ia berseru dengan suara nyaring kepada keempat malaikat yang ditugaskan untuk merusakkan bumi dan laut, katanya: “Janganlah merusakkan bumi atau laut atau pohon-pohon sebelum kami memeteraikan hamba-hamba Allah kami pada dahi mereka!” (Wahyu 7:1-3, Alkitab TB, LAI).
Keempat mata angin” itu melambangkan konflik yang terjadi di seluruh dunia, peperangan, dan khususnya bencana alam; dan “keempat malaikat” yang menahan gemuruh angin itu melambangkan kebaikan kekuasaan Pencipta yang penuh kasih itu untuk menghindarkan bahkan sekarangpun kehancuran dari dunia kita ini. Tetapi sementara kita semakin dekat pada “hari kemuliaan” Allah yang Mahakuasa itu (baca Wahyu 6:17), penjaga-penjaga surga itu akhirnya mulai melepaskan pegangan mereka yang menahan kehancuran itu – kehancuran yang didalangi oleh Setan, penghulu kegelapan – kekuatan yang mematikan dan menghancurkan. Inilah yang menjadi jawaban seutuhnya mengapa bencana-bencana alam yang mematikan itu semakin hari semakin sering terjadi.
Seorang penulis Kristen yang berwawasan luas menuliskan; “Roh Allah yang mengawal dunia sedang ditarik dari dunia ini. Angin topan, badai, angin ribut, kebakaran dan banjir, bencana-bencana di darat dan laut, saling bergantian dalam waktu singkat. Ilmu pengetahuan berusaha menjelaskan alasan terjadinya semua hal ini. Tanda-tanda sudah semakin jelas di hadapan kita, yang menyatakan semakin dekatnya kedatangan Anak Allah, dan menunjukkan tidak lain dari penyebab sebenarnya dari semua bencana tersebut. Manusia tidak dapat memahami mengapa malaikat-malaikat penjaga menahan keempat mata angin sehingga tidak akan berhembus sampai umat-umat Allah dimeteraikan; tetapi pada saat Allah memerintahkan malaikat-malaikat-Nya melepaskan angin itu, maka akan terjadi kesukaran-kesukaran yang tidak dapat digambarkan oleh manusia. 2
Hal ini menjelaskan fakta-fakta yang terjadi dengan sempurna. Ilmuwan-ilmuwan universitas boleh saja memberikan penjelasan-penjelasan lain, tetapi yang sebenarnya mengapa “bencana di laut dan darat” semakin meningkat adalah “Roh Allah yang menahan itu sedang ditarik dari dunia ini.” Tetapi mengapa? Apakah yang dilakukan oleh manusia yang menyebabkan Khalik pencipta langit dan bumi itu menarik perlindungan-Nya dari mereka yang diciptakan-Nya, yang dikasihi-Nya dan yang diusahakan-Nya untuk menyelamatkan mereka? Jawabannya sangatlah mengherankan tetapi sederhana. Di setiap benua, di setiap kota yang diselimuti polusi dan di setiap pulau tropis di sepanjang bentangan samudera, mayoritas penduduk bumi ini melanggar dengan sesuka hati, secara terus menerus – tanpa rasa takut akan konsekuensi yang sifatnya kekal – Sepuluh Perintah Allah, yang dinyatakan Alkitab pada mulanya “ditulisi oleh jari Allah sendiri” (Keluaran 31:18) di atas dua loh batu. “Janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah,” tulis Paulus dalam Efesus 4:30. Kenyataannya orang-orang pada zaman ini tidak memperdulikan agama, pencinta kepelesiran dan pesta pora, yang mereka lakukan terus menerus selama 24 jam, 7 hari seminggu. Inilah alasannya mengapa Allah menarik tangan-Nya yang penuh belas kasihan itu.
Pada hakekatnya, berikut ini Sepuluh PerintahTuhan dalam bahasa sederhana:
1. Utamakan Allah
2. Jangan menyembah berhala
3. Hormatilah Nama Allah
4. Peliharalah hari ketujuh sebagai hari yang suci
5. Hormatilah orang tuamu
6. Jangan membunuh
7. Jangan berzinah
8. Jangan mencuri
9. Jangan berdusta
10. Jangan mengingini milik sesamamu (baca Keluaran 20:3-17)
Menurut Buku Tuhan, pelanggaran Sepuluh Perintah Allah adalah dosa. “Dosa adalah pelanggaran terhadap hukum” (1 Yohanes 3:4), Yohanes menyatakan. Tetapi “Allah sangat mengasihi dunia ini sehingga Ia mengaruniakan anak-Nya yang tunggal” (Yohanes 3:16) untuk menanggung sepenuhnhya hukuman karena pelanggaran hukum ini di kayu salib yang keji untuk menggantikan kita. “Kristus mati untuk membayar hutang dosa kita” (1 Korintus 15:3) adalah Kabar Baik yang surga berikan bagi umat manusia. Jika kita mau bertobat, mengakui dosa-dosa kita dan beriman dalam Yesus sebagai Juruselamat kita, “maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan” (1 Yohanes 1:9). Barangsiapa yang melakukan hal tersebut pada zaman akhir ini – yaitu menunjukkan kesetiaan mereka kepada setiap bagian dari Sepuluh Perintah Allah – akanmemperoleh “meterai Allah yang hidup …di dahi mereka” (Wahyu 7;2,3). Mereka juga akan dilindungi dengan sempurnanya pada waktu “keempat penjuru mata angin” dilepaskan dan “roh jahat dan setan” (baca Wahyu 12:9) mengambil alih kuasa di dunia ini.
Bagaimanapun kejamnya dan mengerikannya gempa bumi yang dashyat, tsunami yang mematikan, kebakaran yang tidak dapat dipadamkan, banjir yang meluap, dan angin puting beliung yang mengerikan, namun Allah mempunyai maksud untuk mengijinkan hal-hal mengerikan ini melanda dunia. Singkatnya, Allah dengan penuh kesungguhan berusaha untuk menarik perhatian kita. “Bertobatlah!” adalah permohonan-Nya di tengah-tengah angin ribut. Namun hanya sedikit yang mau mendengar-Nya. Penyelidikan yang seksama akan kitab Wahyu juga menyatakan bahwa pemimpin-pemimpin agama yang yang sungguh-sungguh namun salah, pada akhirnya akan salah menafsirkan kejadian-kejadian ini dan menyerukan bahwa “Allah sedang menghukum manusia secara langsung karena menolak memelihara hari Minggu suci,” walaupun Sepuluh Perintah Allah dengan jelas menyatakan “hari ketujuh” (Sabtu) adalah hari yang benar untuk beristirahat. Disaat anda mendengar pernyataan demikian mengenai kejadian-kejadian yang terjadi dewasa ini, janganlah tertipu. Bacalah Keluaran 20:8-11 dan Wahyu 14:12. Alkitab menyatakan kebenaran.
Pada hari Minggu malam, 8 Oktober 1871, seorang penginjil ternama D.L. Moody sedang berkhotbah di hadapan orang banyak di Chicago tentang pentingnya orang-orang berdosa untuk berbalik dan membuat komitmen kepada Yesus Kristus. “Suruhlah mereka untuk mengambil keputusan sekarang!” adalah dorongan kuat Roh Kudus kepada sang pengkhotbah. Tetapi Moody ragu-ragu untuk berbuat demikian. Gantinya, ia menyampaikan kepada pendengarnya untuk mengambil keputusan pada minggu berikutnya. Orang banyak itu tidak pernah kembali. Saat lagu penutup dinyanyikan suara sirene dari mobil pemadam kebakaran menyatakan bahwa Kebakaran Kota Besar Chicago telah mulai. Kebakaran itu berlangsung selama dua hari, membunuh ratusan orang. Oh betapa Moody menyesali keputusannya untuk tidak menyerukan mengambil keputusan malam itu!
Para pembaca terhormat, bencana alam yang mematikan dapat terjadi setiap saat. Mungkin besok kita akan mati. Namun pada saat kita merasakan kepedihan hati dan kehilangan harapan hidup, Allah juga menderita bersama kita, sama seperti yang dilakukan-Nya pada saat Yesus mati di kayu salib. Sebagai pendorong bagi kita, Firman Tuhan menjanjikan bahwa suatu saat nanti – pada saat seluruh kebohongan dosa dan semua akibatnya berlalu untuk selama-lamanya – “tidak akan ada lagi kematian, kesusahan dan tangisan, tidak akan ada lagi penderitaan. Semua hal buruk telah berlalu” (Wahyu 21:4). Diatas segalanya, pastikan anda tidak kehilangan Surga. Pilihlah Yesus Kristus sekarang juga!
1. Newsweek, editorial, March 28, 2011
2. Testimonies for the Church, by Ellen G. White, Vol. 6, p. 408. Pacific Press Publishing Association; Mountain View, CA (1941).